Jumat, 24 April 2015

Pintu (apa pun itu, anggap saja aku tak tahu)

Bayangkan dunia tanpa pintu.
Alat Doraemon kalo ga ada pintunya bakalan jadi kaya ketemu temen lama
“Kemana Aja!”
Ya kurang lebih sih gitu.
Lebih banyak kurangnya sih. Maap.
Sebuah bangunan tanpa pintu, cuma jadi pajangan.
Sebuah kamar tanpa pintu, namanya jadi ruang bukan kamar.
Sebuah toilet tanpa pintu, namanya…… Bencana.
Eits, jangan sedih tapinya, kawan!
Ternyata dunia tanpa pintu pun akan menjadi sangat menyenangkan.
Minta maaf akan menjadi sangat mudah karena tidak ada pintu maaf yang membatasi.
Ngga lagi susah move on karena tidak ada pintu hati yang harus ditutup.
Ibadah semakin tulus dan ikhlas karena beribadah ngga lagi karena ingin dibukain pintu surga.
Ya ngga sih? Ngga juga ya? Bodo.
Pintu akan selalu dikaitkan dengan kunci.
Tanpa kunci, pintu gabisa dibuka.
Tanpa pintu, kunci….. apa itu kunci?
Kunci bisa hilang arah tanpa pintu. Walaupun ngga semua pintu butuh kunci.
Kebanyakan orang milih jadi kunci.
Berasa paling penting, padahal sebenernya masih bergantung sm orang lain.
Mending jadi pintu.
Kita bisa nentuin mau jadi jenis pintu apa sih kita. Kan banyak macemnya.
Pintu rumah, standar.
Pintu lobby mall, memudahkan orang lain.
Pintu yang pake kaen, keliatannya tertutup padahal ngga.
Pintu koboy, jablay.
Seperti film dewasa yang penuh adegan sexual, ledakkan nuklir, dan bom Israel, yaitu Frozen, mengatakan….
“Love is an open door”
Kalo udah buka pintu jangan lupa tutup lagi.

Selamat Siang Kawan :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar